Hakikat, Tujuan Strategi dan Pembelajaran
Hakikat, Tujuan Strategi dan Pembelajaran
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Model-model pembelajaran dizaman sekarang sangat beragam dan
bermacam-macam, sehingga masyarakat bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat, karena dengan mendalami atau memperhatikan serta menjadi peserta
didik akan menjadi gerbang atau batu loncatan untuk merubah status sosialnya.
Tetapi banyak dari masyarakat menyekolahkan anaknya hanya karena
ingin anaknya menjadi pintar dan terdepan tanpa menghiraukan apa hakikat
belajar itu sendiri. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pertumbuhan dan
pengembangan pendidikan masyarakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan kunci
dasar dari suatu negara. Pendidikan sering diibaratkan sebagai lambang
kekuatan, kewibawaan dan kebesaran dari suatu bangsa dimanapun di dunia ini.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kebutuhan asasi manusia.
Dalam hal ini pemekalah akan membahas tentang hakikat belajar,
dengan mengetahui arti hakikat belajar akan memberikan dorongan kesemangatan
untuk mendapatkan ilmu yang berguna, karna dengan mempelajari semua hal akan
memberikan pelatihan diri untuk menjadi lebih baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Arti Hakikat Belajar ?
2.
Apa
sasaran Strategi Pembelajaraan ?
3.
dan
Apa Tujuan Belajar dan pembelajaran ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hakikat Belajar
Hakikat belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga
merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28).[1] Atau
lebih mudahnya belajar adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa, perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa
adalah belajar, perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan
bahan pembelajaran. Bahan pengajaran dapat berubah pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,
agama, sikap dan keterampilan.
Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa hingga saat ini terdapat
tiga model pembelajaran yang sering dikacaukan oleh pengertian mengajar :
1.
Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, dengan tujuan agar
pengetahuan tersebut dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Mengajar dianggap
berhasil jika peserta didik dapat memahami dan menguasai pengetahuan yang di
transfer oleh guru.
2.
Mengajar
adalah menyampaikan budaya kepada peserta didik. Definisi yang kedua
pengertiannya hampir sama dengan definisi yang pertama yaitu guru sebagai pihak
yang aktif.
3.
Mengajar
adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkanya dengan peserta didik sehingga terjad proses belajar.
Definisi mengajar model pertama dan kedua pada sebagian masyarakat
trasdisional masih digunakan. Hasilnya peserta didik yang banyak menguasai
bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkanya.
Mereka tak ubahnya seorang bayi yang di berikan makanan oleh ibunya tapi ia
tidak tahu dari mana asalnya dan bagaimana cara membuatnya dan bagaimana pula
cara mendapatkannya. Sementara itu, definisi yang ketiga kini mulai banyak
digunakan, terutama pada lembaga-lembaga pendidikan pada masyarakat modern.
Hasilnya adalah peserta didik yang bukan hanya
menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan meraka mengetahui
asal-usulnya, dan cara mendapatkanya dan mengembangkannya.[2]
Di era global yang mengaharuskan lahirya lulusan yang kreatif,
dinamis dan mandiri model pengajaran yang ketiga inilah yang harus dilakukan.
Dengan menerapkan teori yang ketiga, maka yan terjadi bukan hanya mengajar yang
menghasilkan penguasaan ilmu, melainkan juga pembelajaran yang menghasilkan
penguasaan ilmu terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan,
kepribadian dan seterusnya. Dengan cara demikian, dengan sendirinya akan
terjadi kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pada kajian diatas, maka sebenarnya yang diharapkan dari
penggunaan istilah pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk
belajar. Dengan demikian peserta didik bukan hanya diberikan ikan, melainkan
diberikan alat dan cara menggunakanya untuk menangkap ikan, bahkan diberikan
juga kemampuan untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan.
B.
Tujuan atau Sasaran Strategi Belajar[3]
Setiap
penggunaan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar tentunya
memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut diantaranya yaitu :
1. Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif
Strategi pembelajaran aktif berbeda
dengan strategi pembelajaran kognitif dan strategi pembelajaran psikomotorik
(keerampilan). Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur, oleh
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.
2. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
Sering terjadi selama ini proses
pembelajaran yang berlangsung banyak diarahkan kepada proses mendengarkan dan
menghafalkan informasi yang disajikan oleh guru, siswa bersifat pasif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa hanya memperoleh kemampuan intelektual
(kognitif) saja. Idealnya proses pembelajaran itu menghendaki hasil belajar
yang seimbang antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
C.
Tujuan
Belajar dan Pembelajaran[4]
1.
Tujuan
Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut
melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan
(peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya.
Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar
dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku
sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
a. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang
berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif
menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan
atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
1)
Pengetahuan
(knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
2)
Pemahaman
(comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang
dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
a)
Translasi,
yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk
lain.
b)
Interpretasi,
yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
c)
Ekstrapolasi,
yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar
data yang diberikan
3)
Penerapan
(aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata
dan baru.
4)
Analisis
(analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula
dibedakan atas tiga jenis, yakni:
a) Analisis elemen, yaitu kemampuan
mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu
bagian besar.
b) Analisis relasi, yaitu kemampuan
mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.
c) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal
semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.
5)
Sintesis
(synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan
unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru.
Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1)
Memproduksi
komunikasi unik, lisan atau tulisan
2)
Mengembangkan
rencana atau sejumlah aktivitas
3)
Menurunkan
sekumpulan relasi-relasi abstrak
6)
Evaluasi
(evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau
beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
b.
Ranah
afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian
perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971)
terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga
yang kompleks, yakni:
1)
Penerimaan
(reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli
tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk
memperhatikan hal tersebut.
2)
Pemberian
respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap
fenomena atau stimuli.
3)
Penilaian
atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian
atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
4)
Organisasi
(organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan
keterhubungan diantara nilai-nilai.
5)
Karakterisasi,
yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
c. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah
psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984)
dapat diklasifikasikan atas:
1)
Persepsi
(perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
perangsang.
2)
Kesiapan
melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam
keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3)
Gerakan
terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau
gerak peniruan.
4)
Gerakan
terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar,
karena sudah dilatih sebelumnya.
5)
Gerakan
kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan
atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan
efisien.
6)
Penyesuaian
pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7)
Kreativitas,
meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa
dan inisiatif sendiri.
2. Tujuan pembelajaran
Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan
atas:
a. Tujuan yang bersifat orientatif, dapat
diklasifikasikan pula atas 3 tujuan, yakni:
1) Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran
adalah agar siswa memahami konsep-konsep
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
2) Tujuan orientatif prosedural
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran
adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
3) Tujuan orientatif teoritik
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran
adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu
bidang studi.
b. Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan
menjadi 2 tujuan, yakni:
1)
Tujuan
pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus
diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
2)
Tujuan
pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks
dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas,
terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Hakikat Belajar adalah
proses individu dengan lingkungan yang menjadikan perubahan pada dirinya.
2. Sasaran atau tujuan
strategi pembelajaran adalah untuk meningkat kemampuan guru dan agar
terciptanya pembelajaran yang kondusif dan terarah.
3. Tujaun belajar dan
pembelajaran adalah untuk merubah perilaku yang semula tidak mengerti menjadi
mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rusman, M.Pd, Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesional Guru, Edisi Kedua (Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada, 2012). h. 1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Perspektif Islam tentang Strategi
Pembelajaran. (Jakarta, Kencana, 2008) h. 85-86
http://little-chiyoo.blogspot.com/2012/12/hakikat-strategi-pembelajaran.html
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-tujuan-dari-belajar-dan.html
[1] Dr. Rusman, M.Pd, Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesional Guru, Edisi Kedua (Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada, 2012). h. 1
[2]
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Perspektif Islam tentang Strategi
Pembelajaran. (Jakarta, Kencana, 2008) h. 85-86
[3]
http://little-chiyoo.blogspot.com/2012/12/hakikat-strategi-pembelajaran.html
[4]
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-tujuan-dari-belajar-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar