Pengertian, Tujuan dan Pendekatan Sosilogi Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi
sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia
pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama
Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam
Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan sesuai dengan
nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun tidak secara mayoritas masyarakat
Indonesia adalah islam akan terapi sebuah nilai.
Oleh karena
itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam
kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan
bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita
sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian
sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai
manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian, ruanglingkup, dan manfaat sosiologi pendidikan islam?
2. Apa latar belakang munculnya sosiologi pendidikan islam?
3. Apa tujuan sosiologi pendidikan islam?
4. Apa contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam?
5. Apa saja pendekatan sosiologi pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Manfaat Sosiologi
Pendidikan Islam
1.
Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi
yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”,[1] Pendidikan
yang diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan ”, dan Islam, yaitu “bersifat keislaman”
Menurut Prof. DR. S.
Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui
cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi
Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan
sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan
pengalaman. [2]
Dari pengertian-pengertian
di atas, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama
Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang
lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut
dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya
2.
Ruang
Lingkup
Menurut Dr Ravik Karsidi kajian
pokok ruang lingkup sosiologi pendidikan adalah permasalahan-permasalahan /
problematika sosial yang didalam terdiri dari :
a.
Hubungan system
pendidikan dengan aspek- aspek lain dalam masyarakat.
b.
Hubungan antar
manusia di dalam sekolah.
c.
Pengaruh sekolah
terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/ lembaga pendidikan.
d.
Lembaga
pendidikan dalam masyarakat.
Menurut S. Nasution
masalah-masalah yang diselidiki dalam sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok
masalah sebagai berikut :
a.
Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat meliputi:
1)
Fungsi
pendidikan dalam kebudayaan
2)
Hubungan dengan
system pendidikan dengan proses control social dan system kekuasaan
3)
Fungsi system
pendidikan dalam proses perubahan social dan cultural atau usaha mempertahankan
status quo
4)
Hubungan
pendidikan dengan system tingkat/status social
5)
Fungsi system
pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, cultural dan sebagainya.
b.
Hubungan antar
manusia dalam sekolah, meliputi :
1)
Hakikat
kebudayaan sekolah, sejauh mana ada perbedaan dengan kebudayaan di luar sekolah
2)
Pola interaksi
social atau struktur masyarakat sekolah
c.
Pengaruh sekolah
terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak disekolah meliputi :
1)
Peranan social
guru
2)
Hakikat
kepribadian guru
3)
Pengaruh
kepribadian guru terhadap kelakuan anak
4)
Fungsi sekolah
terhadap sosialisai murid
d.
Sekolah dalam
masyarakat meliputi :
1)
Pengaruh
masyarakat atas organisasi sekolah
2)
Analisis proses
pendidikan yang terdapat dalam system-sistem social dalam masyarakat luar
sekolah
3)
Hubungan antara
sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
4)
Factor-faktor
demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi
sekolach.
3.
Manfaat
Sosiologi Pendidikan Islam
a.
Sosiologi
pendidikan islam adalah bagian dari ilmu sosial , hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa sosiologi pendidikan islam mempelajari atau berhubungan
dengan gejala-gejala kemasyarakatan
b.
Sosiologi
pendidikan islam dilihat dari penerapannya,dapat digolongkan dalam
ilmu menjadi ilmu terapan
c.
Sosiologi
pendidikan islam untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan
pola-pola umum manusia dan maysarakatnya.
d.
Sosiologi
pendidikan islam meneliti dan mencari apa yang menjadi prisip dan
hokum-hukum islam dari interaksi manusia.
B.
Latar Belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan Islam
Saat ini
fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif,
dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya
kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak
diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang
cepat juga menimbulkan cultural lag(ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial
masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena
itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. [3]
Pendidikan
formal di sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru
merupakan seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang
diharuskan memiliki kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Sebagai pendidik dan pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki
tingkah laku yang bermoral tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi
para siswa demi masa depan bangsa dan Negara.
Anak dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal),
guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal).
Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan.
Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam
interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus
berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar
manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem
sosialnya).
C.
Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam
Tujuan
sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:[4]
1.
Menganalisis
proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam
hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat
terhadap perkembangan pribadi anak.
2.
Menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa
pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena
dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu
menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan
penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di
samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas sosial.
3.
Menganalisis
status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam
masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga
pendidikan itu berada. Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat
propinsi atau kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang
bonafid.
4.
Menganalisis
partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan
warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya
kehidupan masyarakat. Sehingga sebaiknya warga yang berpendidikan tidak
segan-segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam
memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus mampu menjadi motor penggerak
dari peningkatan taraf hidup sosial.
5.
Membantu
menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan
falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan
nasional terletak pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun
sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan
yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.
Menurut
E.G. Payne, sosiologi pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan
yang efektif kepada guru-guru dalam bidang sosiologi.
7.
Memahami
hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
Dalam
referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari
beberapa konsep berikut: [5]
1.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi
Yaitu mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial
mempengaruhi kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi
pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat
dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat
dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek
masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara masyarakat pedesaan dengan
sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi sekolah sehubungan dengan
struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
3.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah
dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam
masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan
kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki hubungan dan partisipasi
guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga pengajar di sekolah yang dapat
menambah wawasan tentang kelompok-kelompok sosial dalam sekolah.
4.
Sosiologi
pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
Para ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang
studi yang memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah
sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat,
alat untuk mencapai kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat
dijadikan sebagai alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang
setinggi-tingginya.
5.
Sosiologi
pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat
untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai
suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan
manusia.
6.
Sosiologi
pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap
masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni,
akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan untuk mengendalikan
pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang
diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang kemudian dipadukan dalam
suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh
proses pendidikan.
7.
Sosiologi
pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan
ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne tujuan utama dari sosiologi
pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi dan efektif kepada guru-guru,
para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh perhatian kepada pendidikan
sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam
tentang pendidikan.
D.
Contoh
Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas
mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari
masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau
Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh
masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus
sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan
studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada
jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap,
merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman
masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman
intelektual, serta tidak memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya
sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi
bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat
berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang
positif.[6]
Masalah
putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya
menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran
sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu
kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:
1.
Langkah
preventif: membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis
dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespons
tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat
mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam
masyarakat. Misalnya ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan,
elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.
2. Langkah
pembinaan: memnerikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti
perkembangan/perbaruan zaman melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam
lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti LKMD, PKK, klompencapir,
karang taruna, dan lain sebagainya.
3. Langakah
tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk
terus melangkah maju melaui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai
kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk
berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan,
bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan
untuk melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti
unoversitas terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya.[7]
D.
Pendekatan
dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam
kajian Sosiologi Pendidikan kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach)
yaitu:
1.
Pendekatan
Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi
watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti
tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang
menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku
individu satu persatu bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya,
perbuatnnya, sikapnya dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana
mefasilitasi individu, begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti
bagaimana kelompok (masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat
seluruhnya sampai pada tingkah laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).[8]
Individu sebagai titik tolak ditentukan atau di pengaruhi oleh dua
macam faktor intern dan extern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor extern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Maka didalam approach individu menitik
beratkan kepada faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir
tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor
lingkungan sekitar fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[9]
2.
Pedekatan
Sosial (The Sosial Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor lingkungan sebagai
lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal
dari Approach Sosial ialah masyarakat dengan berbagai
lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitas. Secara konkrit Approach
Sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan
manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya
dan sebagainya.[10] Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami
tingkah laku masyarakatnya.[11] Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan, atau
dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah
mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya bagimana cara
makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua menjalankan
bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang
dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di kondisikan oleh
kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan perkawinan poligami
maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia mengembangkan falsafah hidup
Pancasila, maka seluruh warga negara harus mengembangkan paham Pancasila. Kalau
pemerintah menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negara harus
mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila. Jika ada warga yang tidak mau
mengamalkan pancasila, negara akan menindak mereka, oleh karena mereka
diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang harus dikembangkan oleh
masyarakat.
Approach Sosial tentulah mempunyai kelemahan, sebab
betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara di situ masih
juga kita dapati individualitas jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri
tingkah laku manusia perseorangan masih dapat dilihat juga. Mengapa demikian
karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan kepribadiannya masing-masing,
individualitas manusia tetap masih ada tidak jarang juga kesegeraman tingkah
laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata caranya dianggap sebagai paksaan
terhadap individu-individunya, mereka merasa kurang bebas, mereka ingin keluar
dari belenggu adat istiadat masyarakat.[12]
Jadi pendekatan sosial ini titik beratnya terletak pada masyarakat
dan pengaruh geografis jadi tingkah laku manusia itu ditentukan oleh faktor
fisik dan kultural. Jadi dengan demikian, maka bertitik pangkal kepada berbagai
individu yang berinteraksi, dan dengan interksi sosial itu akan menunjukkan
segi sosialnya makluk manusia, sudah barang tentu dalam hal ini manusia selalu
mengadakan penyesuain diri dengan lingkungannya.
3.
Pendekatan
Interksi (The Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara
individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita
memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat
saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat.
Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan
mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan. Approach Individu memberi
dasar adanya individualitas watak dan kepribadian individu-individu
perseorangan sedangkan approach sosial terutama dengan studi sosiologinya
memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan kepribadian individu-individu
dalam kontak dengan individu individu lainya, kontak antara masyarakat satu
dengan yang lain, kontak antara negara satu dengan negara yang lain. Studi
Sosiologi menegaskan setiap individu itu dilahirkan dan dibesarkan oleh
masyarakat serta individu-individu itu dalam hidupnya di masyarakat selalu
mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi hubungan sosial. Maka dapat
dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri, atau dengan perkataan lain
manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan pembudayaan ini tidak akan
habis-habisnya sampai akhir zaman.
Macam-macam Interaksi Sosial:[13]
Dilihat
dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a.
Interaksi
antara orang perorangan
b.
Interaksi
antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
c.
Interaksi
antar kelompok
Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interaksi sosial:
a.
Interksi
langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi,
hubungan seks/kelamin dan sebagainya.
b.
Interksi
simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan
bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjadi empat,
yaitu:
a.
Kerjasama
(coopertion)
b.
Persaingan
(competition)
c.
Pertikaian
(conflict)
d.
Akomodasi
(accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif, dengan
cirinya yang khas yaitu “Gotong Royong”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
, Ruang Lingkup, dan manfaat sosiologi pendidikan
a.
Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur
bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan
kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan
serta mengorganisasikan pengalamannya
b.
Ruang Lingkup
soiologi pendidikan islam Menurut Dr Ravik Karsidi kajian pokok ruang lingkup sosiologi
pendidikan adalah permasalahan -permasalahan /
problematika sosial yang didalam terdiri dari :
1)
Hubungan system
pendidikan dengan aspek- aspek lain dalam masyarakat.
2)
Hubungan antar
manusia di dalam sekolah.
3)
Pengaruh sekolah
terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/ lembaga pendidikan.
4)
Lembaga
pendidikan dalam masyarakat.
c.
Manfaat
sosiologi pendidikan
1)
Sosiologi
pendidikan islam adalah bagian dari ilmu sosial, hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa sosiologi pendidikan islam mempelajari atau berhubungan
dengan gejala-gejala kemasyarakatan
2)
Sosiologi
pendidikan islam dilihat dari penerapannya,dapat digolongkan dalam
ilmu menjadi ilmu terapan
3)
Sosiologi
pendidikan islam untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan
pola-pola umum manusia dan maysarakatnya.
4)
Sosiologi
pendidikan islam meneliti dan mencari apa yang menjadi prisip dan
hokum-hukum islam dari interaksi manusia.
2.
Latar
belakang sosiologi pendidikan islam dikarenakan adanya Anak dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal),
guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal).
Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan.
Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam
interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus
berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar
manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem
sosialnya).
3.
Tujuan
sosiologi pendidikan islam bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari
beberapa konsep berikut:
a.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi
b.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
c.
Sosiologi
pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah
dengan masyarakat
d.
Sosiologi
pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
e.
Sosiologi
pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
f.
Sosiologi
pendidikan sebagai sosiologi terapan
g.
Sosiologi
pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan
h.
Sosiologi
pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
4.
Contoh
kajian sosiologi pendidikan islam yakni : siswa/I yang putus sekolah
5.
Pendekatan
dalam kajian sosiologi pendidikan islam Dalam kajian Sosiologi Pendidikan kita
akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
a.
Pendekatan
Indvidu (The Individu Approach)
b.
Pedekatan
Sosial (The Sosial Approach)
c.
Pendekatan
Interksi (The Intraction approach)
DAFTAR
PUSTAKA
A Partanto,
Pius dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola, 2000.
H. Gunawan, Ary. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000,
Ahmadi, Abu, Sosiologi
Pendidikan, Jakarta:Rieneka Cipta, 1991
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1994
http://4bdul-majid.blogspot.com/2012/11/sosiologi-pendidikan-islam.
1 komentar:
Lebih banyak lagi bos yang dishare, bagi2 ilmunya
Posting Komentar